Ketika kita berbeda
Apa hanya karena kita
tidak sependapat, lalu kita boleh saling menyalahkan? Saling membid’ahkan? atau
malah saling menuduh sesat? Kita bertengkar karena masalah solat subuh, yang
satu pakai qunut, yang satu tidak pakai qunut. Yang isbal mengatakan yang tidak
isbal adalah orang sombong tanpa disadari bahwa yang isbal sendiri malah merasa
lebih baik dari yang tidak isbal. Kalau sudah begini siapa sebenarnya yang
sombong? Atau saat kita akan menghadiri majelis ilmu tiba-tiba setan berbisik, ‘sudah
tidak usah datang, lihat saja jamaahnya, semuanya jenggotan, isbal, dan yang
perempuan pada pakai cadar, itu aliran apa ya? Itu islam apa ya?” . Naudzubillah...
Ketahuilah Wahai saudaraku
seiman, tak bisakah kita berdamai saja untuk hal-hal kecil ini? Apapun
aturannya tentulah masing masing kita punya dalil yang menjadi dasar dan
pijakan. Berhentilah saling membid’ahkan. Berhentilah menganggap bahwa kita
adalah yang paling benar sementara yang
lain salah. Jika pada akhirnya islam itu akan terbagi menjadi 73 golongan
dan hanya satu golongan saja yang akan menjadi penghuni surga, maka apakah ada
jaminan bahwa kita termasuk golongan beruntung yang satu itu? (peluang : 0,014)
.
Tidak ada yang tau
persis golongan mana yang akan menjadi ahli surga. Oleh karena itu jangan hanya
berhenti pada satu ilmu saja dan jangan hanya berguru pada satu guru saja. Kebenaran
bisa datang dari manapun maka pelajarilah semua ilmu dan ambillah yang baik dan
benar saja. Selama kita berpegang teguh pada al quran dan hadist, Insya Allah, kita
akan selalu berada pada jalanNya.
“Ya Allah, tunjukilah kami
jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat. (Q.S alfatihah : 8-9)
Komentar
Posting Komentar